MAU GABUNG MENJADI FRATER?

Frater ?

Frater adalah istilah dalam bahasa latin yang berarti 'saudara'. Dalam bahasa yang lain bisa digunakan juga dengan istilah Bruder, yang berasal dari bahasa Belanda 'broeder', yang memiliki arti yang sama. Sebutan 'Frater' biasa ditujukan kepada : 

1) seseorang yang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang imam katolik. 
    Selama masa tersebut yang bersangkutan dipanggil dengan sebutan 
    'frater' (berarti 'saudara).

2) seseorang yang menjalani hidup persaudaraan dalam kesunyian, pertapaan. 

    Mereka dapat terdiri dari  imam dan bukan. Sehari-hari mereka memanggil
    satu sama lain dengan sebutan 'frater'/saudara.

3) seseorang yang menghayati hidup pembaktian religius, tak ditahbiskan 
    menjadi imam. Mereka membaktikan hidup dalam persaudaraan dengan 
    corak hidup yang khas,pelayanan yang khas. Biasa mereka/kelompok ini 
    disebut juga dengan 'frater kekal'. Mereka memanggil satu sama lain; 
    dan biasa dipanggil dengan sebutan 'frater'. Mereka masuk juga dalam 
    institusi gerejani sebagai 'religius bruder'.

Jadi FRATER BHK merupakan institusi religius bruder dalam Gereja Katolik, yang memiliki pola hidup persaudaraan dalam komunitas, dengan menghayati nilai-nilai injili ketaatan, kemiskinan dan keperawanan, demi perwujudan kehadiran kahadiran Kerajaan Allah dalam konteks pelayanan pendidikan dan persekolahan serta pendampingan kaum muda.

Mereka hendak menjadi saksi 'persaudaraan iman' dan panggilan yang sama yakni mewujudkan kemuridan pada Sang Guru Ilahi. Persaudaraan yang diikat bukan dengan ikatan kekeluargaan, melainkan dengan iman dan pelaksanaan kehendak Allah. Kami terbuka akan persaudaraan dengan siapa saja yang berkehendak baik. Kami ingin mewartakan bahwa 'nilai persaudaraan' menjadi nilai penting dalam hidup kita meniti peziarahan hidup.

BUNDA HATI KUDUS

Bunda Hati Kudus, merupakan gelar istimewa dikenakan kepada pribadi istimewa Maria. Pribadi berhati sederhana yang menjadi pelindung kongregasi dan setiap frater. Maria dengan gelar Bunda Hati Kudus hendak menunjukkan betapa Maria menjadi pribadi yang menghantar kita semua kepada kekayaan hati PuteraNya yang lemah lembut dan rendah hati. 

MENJADI SAUDARA BAGI YANG TAK PUNYA SAUDARA

Oleh: Fr. M. Patrik Totok, M, BHK

Undangan lembut

      Malam itu aku menerima sms permohonan bantuan berpikir sekaligus penyampaian keadaan seputar Panti Werdha di Batu yang dikelola bersama teman-temanku. Singkatnya, salah satu pegawainya mundur dan meninggalkan mendadak. Yang kedua, simbah Ponijem mengalami keadaan tak sadarkan diri dan dibawa ke UGD RS Baptis Junrejo Batu. Selintas undangan lembut itu mengajakku untuk berpikir sejenak bagaimana mendampinginya ya. Aku masih belum terbiasa dengan pelayanan nenek-nenek tua/lansia. Fisikku yang lemah karena kelelahan sehabis kegiatan besar 2 kali rekoleksi membuatku cukup tak berdaya. Pertanyaan dalam benakku apakan masih ada tenaga tersisa untuk ini? Apakah teman-temanku lainnya bisa menggantikan aku? Akupun mulai melayang dengan pikiran-pikiranku sendiri. Terlintas rasionalisasi untuk menghindari undangan itu.

         Pada hari kedua, aku sepertinya duduk termenung sendiri. Mempertimbangkan segala keadaan yang semuanya serba minim. Baik tenaga, beaya, juga situasi yang mana hampir semua teman-temanku merasa kesulitan untuk terlibat. Suara itu bernyanyi dalam hati, 'lalu engkau sendiri bagaimana?' Ya aku seperti merasa malu sendiri, mengapa banyak alasan-alasan pergumulan dalam hati ini. Aku mulai tetapkan hati. Aku coba untuk hadir saja, dengan mencari informasi apa yang paling diperlukan dan apa yang paling mendesak dilakukan. Sesampainya aku di komunitas temanku, aku menerima kabar dari wajah yang penuh kesedihan, kehilangan saudara. Tak kuasa aku tetap pada keenggananku. Aku hanya menyampaikan apa yang bisa aku bantu. Setelah mengurus ini dan itu persoalan teknis pemakaman, aku pun pulang dan menyiapkan segala sesuatunya.

Kata Sederhana

      Aku bersama teman satu rumah bersepeda motor dengan beberapa tas bergelantungan berisi peralatan pemakaman. Hujan deras mengguyur seluruh tubuh ini, serasa memberikan warna dan godaan sejauhmana aku mau menjadi saudara yang hadir. Aku sampai di rumah panti itu dan langsung menuju ke kamar jenazah mbah Ponijem ditidurkan. Aku berdoa singkat untuknya. Selanjutnya, aku mengalami sendiri bagaimana pribadi-pribadi lain yang turut sibuk menghantar saudaraku ini. Menyiapkan bunga yang sedikit, peralatan ibadatnya, kue seadanya, dan inisiatif teman yang memberi makan dan kue. Bapak-bapak pangrukti loyo pun penuh semangat membantu. Rasanya semua dimudahkan, enak dan mengalir. Aku duduk disebelah jenazahnya, mendoakan dan memimpin upacara tutup peti singkat. Dan selanjutnya saya bersama teman lainnya menghantar ke pemakaman paroki terdekat di tengah guyuran hujan. Aku pun menghantarkan jenazah ke pembaringan terakhir. Teruntai kata sederhana,"mbah selamat jalan ya... selamat jalan ya.." Kata sederhana yang mewakili perasaan hati ini.

        Perasaanku terasa lega dan bahagia sekali. Aku merasa boleh mengalami pengalaman sederhana namun menyentuh. Mbah Ponijem adalah nenek yang tidak memiliki famili sama sekali. Hidup dalam kemiskinannya pada usia lanjut. Berkat bantuan rekan yang peduli dibawa pada panti ini. Hari ini aku menghantarnya kembali dan berjumpa dengan Dia yang beliau kasihi, yang tidka lain adalah Tuhan sendiri.

Menjadi sederhana

Pengalaman ini membuatku belajar lebih sederhana. Aku mengalami perubahan dalam diriku di saat aku rela mengenakan sikap sederhana itu. Pikiran-pikiranku yang membuatku enggan, serasa rontok karena aku rela menjadi sederhana. Aku sepertinya amat dekat dengan pribadi-pribadi yang kujumpai dan amat luar biasa mereka. Sikap sederhana membuat setiap insan bebas untuk memberikan dirinya kepada mereka terutama yang paling membutuhkan. Pengalaman mengantar mbah Ponijem ini membuatku serasa menjadi sederhana. Aku bahagia karena dapat menjadi saudara bagi mbah Ponijem. Sanggup menjadi saudara yang menghantar saudara yang tak memiliki saudara. Menjadi sederhana itu ternyata membahagiakan. Terima kasih karena diperkenankan menjadi sederhana oleh karena pengalaman kepergianmu, saudaraku, mbah Ponijem. Berkah Dalem.

FR. M. PATRIK TOTOK MARDIANTO,BHK

Saya adalah seorang biarawan katolik yang secara khusus membaktikan kepada pelayanan pendidikan dan persekolahan. Saya tergabung dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Kongregasi biarawan tak tertahbis (tak menjadi imam). Saya kerap dipanggil dan demikian pula memanggil yang lain dengan sebutan "FRATER" (bhs. Latin yang berarti "Saudara"). Kongregasi Frater BHK ini berawal dari Utrecht Belanda pada 13 Agustus 1973 yang lalu. Kongregasi ini didirikan atas kesadaran akan pentingnya pendidikan bermutu bagi anak-anak tak mampu, yang kurang mendapat perhatian di bidang iman kristiani waktu itu. Kongregasi ini merupakan salah satu kongregasi bruder (terjemahan "frater" dlm bahasa Belanda) yang berjalasa dalam pengembangan pendidikan di Belanda waktu itu. 

Kongregasi Frater BHK hadir di Indonesia sejak 2 Februari 1928 yang lalu. Dimana awal mula karya dirintis dari Malang Jawa Timur. Hal ini terwujud karena berkat upaya undangan pemimpin Ordo Karmel yang mengundang kongregasi untuk berkarya di Indonesia. Setelah itu, perkembangan pelayanan mulai berkembang ke Surabaya, Kediri, Kupang, Maumere, Ende, Larantuka, Metro (lampung-sudah tutup), Probolinggo (tutup), Pelembang, Sumba, Malang  di beberapa tempat, Nunukan Kalimantan Timur.

Dalam semangat persaudaraan dalam iman, kami mencoba melayani, menjawab apa yang bergema dalam hati setiap pribadi yang membutuhkan pentingnya pendidikan. Pendidikan untuk semua, (educating for life and for all) demi pembangunan keutuhan pribadi dan masyarakat menuju harapan yang lebih baik. Sudah barang tentu, pelayanan itu bersifat terbuka, inklusif bagi semua orang dan tetap terbuka akan kerjasama dengan siapa saja yang berkehendak baik.

Semoga upaya ini diberkahi Tuhan sendiri dan biarlah rahmat-Nyalah yang menyempurnakan sampai pada yang dikehendaki-Nya. Berkah Dalem